Kamis, 12 Januari 2012

Awas, Dengar Musik Pakai Headset Bisa Merusak Telinga



Jakarta, Musik yang keras telah diketahui dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada remaja di tahun 1960 dan 1970-an. Namun saat ini, pemutar MP3 juga dapat memperburuk gangguan tersebut pada generasi sesudahnya.

Perangkat yang melantunkan musik langsung melalui saluran telinga ini memungkinkan pemakainya mendengarkan lagu tanpa harus terganggu oleh gemuruh suara kereta atau dengungan mesin pesawat. Karena ribuan lagu bisa diputar selama berjam-jam, pemakainya cenderung mendengarkan terus menerus selama berjam-jam pada suatu waktu.

Kerusakan pada pendengaran disebabkan oleh volume tinggi secara terus menerus lewat pemutar MP3. Bahkan pada taraf yang tampaknya wajar, pemakaian headset dapat merusak sel-sel rambut halus di telinga bagian dalam yang berfungsi mengirimkan impuls suara ke otak.

"Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang terkena suara sampai 85 desibel selama delapan jam cenderung mengalami gangguan pendengaran. Sedangkan semua pemutar musik yang kami teliti menghasilkan tingkat suara lebih dari 85 desibel," kata Brian Fligor, ScD dari Rumah Sakit Anak di Boston.

"Suara mesin pemotong rumput menghasilkan sekitar 80-85 desibel. Jika iPod menghasilkan suara 20 desibel di atasnya, maka kisarannya adalah 100-105 desibel. Pada tingkat ini, seharusnya perangkat tidak digunakan lebih dari 8-15 menit," imbuh Fligor.

Tapi seperti jutaan pemilik iPod lainnya, penguna headset mendengarkan lagu selama beberapa jam sehari dan secara tidak disadari membahayakan pendengarannya. Maka, membatasi volume MP3 player mungkin tampak seperti sebuah solusi yang nyata.

Perancis dan negara-negara Eropa lainnya telah membuat aturan yang membatasi volume iPod dan perangkat lain agar tidak menghasilkan suara lebih dari 100 desibel. Sayangnya, lama pemakaian yang juga ikut mempengaruhi tidak diatur. Selain itu, segera setelah negara-negara Eropa membatasi volume iPod, situs web mulai menyediakan petunjuk rinci tentang cara untuk mengakali ketentuan itu.

Maria Florentine, pakar audiolog di Northeastern University menduga bahwa beberapa anak muda memiliki apa yang ia sebut dengan gangguan ketergantungan terhadap musik keras.

"Saya menanyai beberapa remaja mengapa mereka terus mendengarkan musik yang keras meskipun tahu hal itu merusak pendengaran. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak bisa berhenti mendengarkannya," kata Florentine seperti dilansir cbsnews.com, Kamis (29/12/2011).

Banyak orang yang tetap menyangkal bahaya dari mendengarkan musik keras-keras sebab gejala awalnya cenderung muncul secara bertahap. Gangguan pendengaran ini meningkat sebelum disadari bahwa gangguan telah berubah menjadi lebih serius. Gangguan pendengaran ini juga lebih sering terjadi seiring pertambahan usia.

Sebuah artikel dalam jurnal Pediatrics memperkirakan bahwa 12,5 persen anak berusia 6 - 19 tahun di Amerika Serikat atau sekitar 5,2 juta orang telah mengalami gangguan pendengaran.

"Penelitian kami menunjukan bahwa 16 persen anak berusia 6 - 19 tahun telah mengalami tanda-tanda awal gangguan pendengaran yang diakibatkan oleh suara keras," kata William Martin, PhD, dari Oregon Health and Science University di Portland, Amerika Serikat.

http://www.detikhealth.com/read/2011/12/29/172819/1802614/763/awas-dengar-musik-pakai-headset-bisa-merusak-telinga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar